Mati
Mati. Kau pun mati.
Remaja tanggung itu berurai air mata di sisimu. Walau awalnya dia tak lagi mau menyentuhmu, hanya memandangmu dengan sorot mata menyesal. Berandai waktu dapat diulang sekian detik saja. Jari-jari panjang dengan kuku hitam berkerak, akhirnya menjangkaumu. Membelai tubuhmu yang retak.
Aku yakin, dia menangis karena kekosongan yang akan menyerbu hidupnya karena kehilanganmu. Hari-harinya akan membosankan. Menurut dia, jika tanpa hadirmu.
Coba kau dengar teriakannya,
"Maaak, nggak sengaja aku menjatuhkannya. Gantilah ya, Mak."
Dia pikir aku gudang uang yang selalu sanggup membelikannya hp baru setiap dia meminta. Belum bisa aku mencari penggantimu untuknya.
Remaja tanggung itu berurai air mata di sisimu. Walau awalnya dia tak lagi mau menyentuhmu, hanya memandangmu dengan sorot mata menyesal. Berandai waktu dapat diulang sekian detik saja. Jari-jari panjang dengan kuku hitam berkerak, akhirnya menjangkaumu. Membelai tubuhmu yang retak.
Aku yakin, dia menangis karena kekosongan yang akan menyerbu hidupnya karena kehilanganmu. Hari-harinya akan membosankan. Menurut dia, jika tanpa hadirmu.
Coba kau dengar teriakannya,
"Maaak, nggak sengaja aku menjatuhkannya. Gantilah ya, Mak."
Dia pikir aku gudang uang yang selalu sanggup membelikannya hp baru setiap dia meminta. Belum bisa aku mencari penggantimu untuknya.
Komentar
Posting Komentar