Surat Cinta

Lambok berpikir keras di depan laptop. Keningnya mengernyit. Matanya melotot memandang layar laptopnya. Dia berusaha keras merangkai kata untuk membuat draft sebuah surat. Surat resmi yang harus ditandatangani bos.

Setelah berjuang satu jam, akhirnya surat selesai. Secepatnya dia menyerahkan pada bos. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Surat masih harus direvisi atau langsung ditandatangani oleh bos.

"Kau perbaiki lagi surat ini. Kok, macam surat cinta pula kau bikin." Begitulah komentar yang terdengar.

Lambok kembali berkutat di depan laptop. Kali ini keningnya lebih berlipat. Kosa kata yang lebih banyak harus tertumpah.

"Selesai juga," soraknya.

Tergopoh-gopoh dia membawa surat itu ke bos. Dengan mimik serius, bos membaca konsep surat yang baru. 

Dalam hitungan menit, Lambok kembali ke laptopnya membawa surat yang harus diubah lagi. Berulang kali dikliknya tanda back di toolbar word sehingga kembali ke draft awal surat.

Dia tak mau pusing untuk merombak kembali surat itu. Sedari tadi, putrinya sudah menelpon memintanya pulang.

Bergegas dia kembali ke meja bos menyerahkan surat yang isinya persis sama dengan draft awal.

"Nah, ini baru mantap," kata bosnya dan langsung menorehkan tanda tangan.

Lambok melongo dan menepuk jidat. 
"Yang bego aku apa dia," gumam Lambok. Hahaha...




Komentar

  1. Hahhahhahahahha. Mau bikin susah saja Bosnya. Aslinya gak dibacanya kayaknya, yaaaaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak ingat yang dibacanya. Mulai pikun. hahah...

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Labersa Hotel, Balige

Cara Self Love for Girls

Julie & Julia