Whisper of the Heart

Film animasi tak melulu untuk anak-anak, lho. Aku yang sudah agak tuir tetap suka animasi. Hihihihi…. Selain menonton film animasi Disney yang selalu oke punya, film animasi Jepang juga bagus.

Salah satunya adalah film berjudul Whisper of The Heart, Keinginan Hati.

Film ini menceritakan Shizuku, siswa SMP yang kutu buku. Hari-harinya selalu membaca, membaca dan membaca. Dia pengunjung perpustakaan yang setia. Mengingat film ini tayang tahun 1995,  tentu saja sistem peminjaman buku di perpustakaan masih manual. Beda betul ya dengan zaman now, minjam buku sudah bisa online. 

Shizuku penasaran betul dengan seorang pria yang bernama Seiji Amasawa. Setiap kali Shizuku meminjam buku dari perpustakaan, nama Seiji Amasawa selalu ada di kartu peminjaman.  Tanpa disadari, sebenarnya Shizuku sudah bertemu Seiji beberapa kali. Pertama kali adalah saat buku yang dipinjam dari perpustakaan ketinggalan di halaman sekolah, buku itu ditemukan seorang anak lelaki.

Pertemuan selanjutnya adalah saat bekal ayahnya yang hendak diantar ke perpustakaan tempat Ayahnya bekerja, ketinggalan di sebuah toko. Bontot itu kemudian diantar seorang anak lelaki kepada Shizuku.

Toko tempat bontot Ayahnya ketinggalan, ditemukan Shizuku tanpa sengaja karena membuntuti seeokor kucing gendut. Shizuku sangat menyukai boneka kucing bernama Baron yang ada toko itu.

Pada hari berikutnya, saat hatinya sedang galau, Shizuku berkunjung ke toko. Sayangnya, toko sedang tutup.  Lalu anak lelaki itu muncul dan mengajak Shizuku ke dalam toko yang ternyata milik kakek si anak lelaki. Setelah momen bermain biola dan menyanyikan lagu Country Road barulah Shizuku mengetahui bahwa anak lelaki itu adalah Seiji Amasawa yang selama ini dicarinya.

Ketika mengantar Shizuku pulang, Seiji bercerita tentang impiannya menjadi pembuat biola. Seiji ingin belajar membuat biola kepada perajin terbaik di Italia. Kakeknya menjadi satu-satunya orang yang mendukung impiannya dalam keluarga. Seiji berupaya membujuk Ayahnya agar mengabulkan keinginannya.

Mengetahui impian Seiji, Shizuku justru merasa galau. Perasaanya yang menyukai Seiji membuatnya cemas karena dia sendiri belum tahu mau menjadi apa. Sahabatnya mengatakan bahwa Shizuku juga punya bakat. Shizuku memutuskan fokus menyelesaikan satu project untuk memastikan apakah dia memang berbakat dalam hal tersebut. Proyek apakah itu? Hayo Emak-Emak, nobar bersama anak remajanya. Cek di Netflix, ya.

Satu ucapan Ompungnya si Seiji yang cakep banget:

“Kita tidak bisa berharap dapat membuat sesuatu yang sempurna pada saat pertama kali. Sama seperti batu permata yang harus dipoles, butuh waktu dan tenaga”

Satu adegan yang paling aku suka ketika Seiji bermain biola dan Shizuku menyanyikan lagu Country Road dengan lirik yang ditulisnya. Otomatis nih mulut ikut nyanyi.

So, menurutku film ini bagus, khususnya bagi remaja. Bagi yang belum menemukan bakatnya, nonton film ini akan memunculkan pertanyaan, bakatku apa? Impianku mau jadi apa? Karena, menemukan bakat tidaklah semudah membalikkan telapan tangan. Jangan berharap ada yang membisikkan bakatmu jika kau belum pernah menunjukkan karyamu.

Bakat dapat diketahui setelah mencoba melakukan sesuatu. Dilakukan dengan sungguh-sungguh dan butuh pengorbanan seperti halnya Shizuku. Dia bahkan sampai mengabaikan ujian sekolah demi mengetahui apakah dia punya bakat pada proyek yang dikerjakannya.

Dan, sepertinya film ini juga memberi tahu bahwa naksir lawan jenis yang “cerdas dan punya mimpi” bisa memberi dampak yang positif. Sebagaimana Shizuku yang termotivasi menemukan impiannya karena menyukai Seiji. Hmmm, wajib kepo nih, kalau ada seseorang yang ditaksir anak hasian. Hahahah…

Tapi yang bikin aku sedikit heran, Shizuku bebas kemana saja dan kapan saja keluar rumah. Nggak pernah ada larangan dari orang tuanya. Apakah di Jepang memang begitu?

Oke, deh. Selamat menonton, ya.




 

 

Komentar

  1. “Kita tidak bisa berharap dapat membuat sesuatu yang sempurna pada saat pertama kali. Sama seperti batu permata yang harus dipoles, butuh waktu dan tenaga”

    Noted, Kak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Uhui. Sialnya, awak paham kali itu, tapi tetap suka menunda untuk praktek. Hahahah....

      Hapus
  2. aku lebih suka upin ipin sih.. kata orang mnjiwai anak-anak

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Labersa Hotel, Balige

Cara Self Love for Girls

Julie & Julia