Jawaban QL tentang Pola Asuh Orang Tuanya

Dari 10 pertanyaan yang kuberikan pada QL. Pertanyaannya ada di artikel berjudul Seperti Apa Pola Asuh Orang Tua ketika Mendidik Saya. 

QL dominan menjawab A (8 pertanyaan), 3 menjawab B, 1 menjawab C. Jika ditotal menjadi 12 pertanyaan, padahal cuma ada 10 pertanyaan. Mengapa begitu?

Satu pertanyaan QL melingkari A, B dan C, yakni pertanyaan nomor 6.

       Dalam mengambil keputasan, biasanya orangtua saya....

       a. Memutuskan secara bersama-sama.

       b. Memaksakan kehendak.

       c. Membiarkan apa pun keputusannya.

“Kok, dilingkarin semua?” tanyaku heran.

“Kadang mamak macam  A, kadang macam  B dan kadang macam  C.”

Hahahahh…. Ketahuan emaknya belum konsisten. Emak suka tergantung mood. Kalau mood bagus bertingkah macam A, mood setengah modar berlaku macam B dan saat mood jeblok berakting macam C. Nggak heranlah, mood QL juga suka berubah-ubah macam cuaca, wong niru emaknya. Baru nyadar, ngeliat anak itu kayak ngeliat diri sendiri.

Untuk jawaban B diberikan pada pertanyaan nomor 2 dan 4.

Ternyata kami orangtuanya QL suka ngeyel juga, ya. Sebenarnya sih, Emak sering kok minta pendapat QL. Salah satu contoh adalah keputusan untuk sekolah QL saat SMP nanti. Kalau Emak dan bapaknya ngeyel, QL pasti SMP di Medan. Tapi karena dia minta SMP di Sidikalang, kami sih yes! Gimana biar dia senang bersekolah aja.

Hmm, Baiklah! Emak punya PR untuk belajar meminta pendapat QL dalam mengambil setiap keputusan untuk yang berkaitan dengannya.

Lalu, apa sih sebenarnya pola pengasuhan demokratis ini?

Seperti yang sudah dijelaskan dalam buku Who Am I, PsikologID, pola asuh orangtua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orangtua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orangtua yang demokratis mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung.

Sudjto, Sutaryo, Kaelan, dkk  mengatakan bahwa pola asuh demokratis akan menghasikan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, percaya terhadap kemampuan dirinya dan koperatif terhadap orang lain.

Seto dalam buku Membangun Komunikasi menyebutkan Pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri pengasuhan sebagai berikut:

• Anak diberikan kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan control internal.
• Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
• Menerapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat orang tua menggunakan hukuman fisik dan diberikan ketika seorang anak melakukan kesalahan, terbukti anak secara sadar menolak dan melakukan apa yang telah disetujui bersama, sehingga lebih bersikap edukatif.
• Memprioritaskan kepentingan anak, namun tidak ragu-ragu mengendalikan dan membimbing mereka.
• Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan dan melampaui kemampuan anak.
• Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.
• Pendekatan kepada anak bersifat hangat.

Kemudian, E.B. Surbakti dalam buku Kenalilah Anak Remaja Anda menyatakan bahwa melalui pola asuh ini setiap remaja dan anggota keluarga lainnya akan belajar hal-hal sebagai berikut:

• Menghargai pendapat orang lain
• Menghormati perbedaan pendapat
• Membangun dan membina dialog
• Menghindarkan sikap mau menang sendiri
• Memupuk persaudaraan dan persahabatan
• Mengedepankan sikap tenggang rasa
• Membangun kerjasama
• Kepemimpinan kolektif
• Menumbuhkan sikap kritis
• Menghormati kesetaraan peran
• Menumbuhkan semangat gotong royong
• Mengembangkan potensi diri
• Memelihara hubungan erat antara orang tua dan anak

Demikianlah bacaan emak hari ini. Bagaimana pun praktek tidaklah semudah teori. Semoga Emak bisa praktekin. Dan karena Emak nggak punya latar pendidikan psikologi, yang Emak tulis disini adalah kutipan dari para ahlinya.